Lingkaran Setan Kekerasan pada Anak
Anakmu bukanlah anakmu
Mereka adalah putra-putri kehidupan
Yang mendambakan kehidupan mereka sendiri
Mereka datang melalui kamu
tapi tidak dari kamu.
Dan sungguhpun bersamamu mereka bukanlah milikmu
Engkau dapat memberikan kasih sayang
tapi tidak pendirianmu sebab
mereka punya pendirian sendiri.
Engkau dapat memberikan tempat pijak bagi raganya
tapi tidak bagi jiwanya.
Lantaran jiwa mereka ada di masa depan.
Yang tak bisa engakau capai sekalipun dalam mimpi.
Engkau boleh saja berusaha mengikuti alam mereka.
Tapi jangan harap mereka dapat mengikuti alammu.
Sebab hidup tidaklah surut ke belakang.
Tidak pula tertambat di masa lalu.
Engkau adalah busur anak panah
kehidupan putra-putrimu melesat ke masa depan
Kahlil Gibran. 1883-1931
Ungkapan syair dari kahlil gibran sang pujangga dari Lebanon mungkin sangat tepat sebagai renungan bagi orang tua sekarang dan masa datang terhadap putra-putrinya. Setiap tanggal 23 juli kita memperingati sebagai hari anak tetapi bagaimana kondisi anak-anak pada hari ini sudahkah baik, tetap sama atau bahkan timpang?. Semua oang pasti setuju dengan anggapan bahwa anak adalah asset masa depan bagi keluarga dan bangsa. Tapi begitu mirisnya ketika pada banyak media masa atau cetak banyak kasus kekerasan terhadap anak, entah itu dari orang-orang dekat (keluarga) atau orang-orang luar dari mereka. Atau mungkin kita sedang melintasi jalan-jalan protokol, perempatan jalan, traffic light kota banyak anak-anak yang menjajakan asongan mereka bahkan mengemis, sesuatu yang belum pantas mereka jalani yang seharusnya mereka ada di sekolahan atau bermain dengan masa masa yang indah dengan terpaksa mereka harus turun ke jalan bekerja dengan resiko yang sangat tinggi.Yang menjadi pertanyaan mungkin dimana orang tua mereka dan mengapa mereka bisa sampai begitu? Tak pelak lagi alasan ekonomi keluarga adalah alasan yang sering kita dengar dari para anak-anak lugu itu. Suatu alasan klasik yang patut menjadi pertanyaan pula bagi kita semua. Himpitan ekonomi keluarga sehingga mereka tak mampu sekolah dan karena himpitan ekonomi pula mereka tidak bisa menikmati masa kanak-kanak mereka dengan bahagia. Lalu dimana peran pemerintah selaku pemegang mandat kekuasaan dari rakyat yang katanya orang-orang miskin dan anak terlantar di tanggung oleh pemerintah? Apakah pemerintah tidak peka terhadap kekerasan yang terjadi pada anak?
Seringkali juga kita menjumpai kasus kekerasan, seperti kekerasan dalam rumah tangga (kekerasan pada anak, istri dan suami) dan eksploitasi terhadap anak-anak dibawah umur. Kita mungkin dulu sering di hajar oleh orang tua kita mungkin karena kenakalan kita. Ya untuk kenakalan seukuran anak-anak mereka harus menerima hukuman yang kadang sangat tidak manusiawi. Bukankah Freud pernah mengatakan bahwa kekerasan atau segala bentuk tindakan yang mengakibatkan trauma akan menyebabkan dampak pada masa perkembangan pada si penderita trauma itu. Jadi bisa dikatakan bahwa kekerasan yang kita pernah alami pada masa kecil dulu oleh orang tua kita juga pernah di alami juga pada orang tua kita juga dan itu terus menjadi turun-temurun untuk dilakukan pada anak-anak kita selanjutnya
Memotong Lingkaran Setan (tradisi kekerasan pada anak)
Seperti itulah secuil gambaran yang terjadi pada calon-calon pewaris bangsa ini kelak. Tradisi kekerasan yang seakan sah untuk dilakukan dalam mendidik anak-anak yang beranggapan bahwa sudah kelewat batas. Tapi batas manakah yang dimaksud, tidak pernahkan kita berpikir juga bagaimana juga kita dalam mendidik anak-anak yang kelewat batas, apakah wajar jika mendidik anak-anak kita siraman air panas, menyetrika sang anak, pukulan yang membabi buta sampai berujung pada cacat yang tentunya bukan hanya cacat fisik tetapi juga mental mereka juga yang akan terus dibawa sampai mereka dewasa kelak juga dan pastinya juga akan menerapkan kekerasan itu juga.
Kekerasan yang terjadi juga kebanyakan di picu pada acara-acara tv, yang selanjutnya mengakibatkan korban jiwa karena meniru adegan-adegan yang mereka tonton. Kurangnya perhatian orang tua pada anak serta bimbingan pada saat menonton adalah contoh betapa lemahnya pengawasan orang tua, orang tua lebih banyak disibukan dengan urusan pekerjaan atau bahkan urusan-urusan sepele seperti arisan atau yang lain yang mengakibatkan kurang perhatian pada anak. Tentu ini menjadi sangat memprihatinkan di tengah gempuran tanyangan tv yang banyak menanyangkan yang banyak mengandung unsure kekerasan dan pelecehan yang justru acara itu menjadi tontonan dengan rating tinggi dikalangan anak-anak. Untuk itu sudah sewajarnya para orang tua agar lebih berhati-hati dalam menyeleksi tontonan terhadap anaknya atau selalu memberi bimbingan terhadap tontonan bagi anak-anak karena akan memicu timbulnya kekerasan pada anak.
Anggapan bahwa selama ini, anak sebagai sebuah pita kaset kosong yang bisa di isi dengan sesuka hati orang tua untuk kedepannya adalah sangat menyesatkan dan harus di buang jauh-jauh. Seperti yang telah terpampang di atas pada syair gibran bahwa anak seperti anak panah kehidupan yang melesat dengan kehidupan mereka pula juga tentunya. Kehidupan yang mereka bawa sejak lahir dan tidak mungkin bisa di paksakan dengan kehidupan yang lebih surut ke belakan dan tertambat ke belakang pula. Tidak boleh ada kekerasan, apalagi terhadap anak.
Sudah seharusnya lingkaran setan (vicious circle) harus kita potong sejak dini, yang seharusnya dilakukan, dengan menerapkan pendidikan yang benar dan mendidik serta menghindari sedini mungkin untuk melakukan kekerasan membabi buta, mendidik dengan dilandasi kasih sayang pastinya yang katanya kasihnya sepanjang masa dan tentunya kasihnya takkan terbalas oleh sang anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar